Rabu, 11 Oktober 2017

PBC #5 psikologi pengantar bisnis


Hubungan antara IQ, EQ, Grit, Interpersonal Skill, dan Job Satisfication  

EQ ( Emotional Quotient )
Steiner (1997) menjelaskan  pengertian kecerdasan emosional adalah suatu  kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.
Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies, Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan.

Aspek EQ
-Kemampuan kesadaran diri.
-Kemampuan mengelola emosi.
-Kemampuan memotivasi diri.
-Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.
-Kemampuan berhubungan dengan orang lain ( empati )

Perilaku Cerdas Emosi
-Menghargai emosi negatif orang lain.
-Sabar menghadapi emosi negatif orang lain.
-Sadar dan menghargai emosi diri sendiri.
-Peka terhadap emosi orang lain.
-Tidak bingung menghadapi emosi orang lain.
-Tidak menganggap lucu emosi orang lain.

Sifat EQ Tinggi
-Berempati.
-Mengungkapkan dan memahami perasaan.
-Mengendalikan amarah.
-Kemampuan menyesuaikan diri.
-Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi.
-Hormat, ramah, setia, dan tekun.

IQ (Intelegence  Quotient )
IQ merupakan kepanjangan dari Intelegence Quotient yang artinya ukuran kemampuan intelektuas, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ adalah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya.

Ciri Ciri Perilaku Intellegence
-Masalah yang dihadapi merupakan masalah baru bagi yang bersangkutan.
-Serasi tujuan dan ekonomis / efesien.
-Masalah mengandung tingkat kesulitan.
-Keterangan  pemecagannya dapat diterima
-Sering menggunakan abstraksi.
-Bercirikan kesempatan.
-Memerlukan pemusatan perhatian.

Psikologi Kapital
Menurut Luthans (2007:3) Psychological Capital adalah kondisi perkembangan positif seseorang dan dikarakteristikan oleh:
 (1) memiliki kepercayaan diri (self efficay) untuk menghadapi tugas-tugas yang menantang dan memberikan usaha yang cukup untuk sukses dalam tugas-tugas
tersebut;
(2) membuat atribusi yang positif (optimism) tentang kesuksesan di masa kini dan masa depan;
(3) tidak mudah menyerah dalam mencapai tujuan dan bila perlu mengalihkan jalan untuk mencapai tujuan (hope); dan
(4) ketika dihadapkan pada permasalahan dan halangan dapat bertahan dan kembali (resiliency), bahkan lebih, untuk mencapai kesuksesan. Psychological Capital memiliki 4 dimensi yaitu:
1. Self-efficacy
2. Hope
3. Optimism
4. Resiliency
Menurut Osigweh (1989), psycological capital adalah suatu
pendekatan yang dicirikan pada dimensi-dimensi yang bisa
mengoptimalkan potensi yang dimiliki individu sehingga bisa membantu  kinerja organisasi. Dimensi-dimensi tersebut adalah self-efficacy, hope, optimism, dan resiliency.

Grit
Grit merupakan karakter kepribadian yang ditunjukan melalui perilaku untuk mempertahankan ketekunan dan semangat dalam mencapai tujuan jangka panjang yang diharapkan (Duckworth, 2007). Setiap individu memiliki derajat grit yang berbeda beda, hal ini disebabkan grit merupakan bagian dari sifat kepribadian individu yang menentukan bagaimana individu berinteraksi dalam lingkungan yang beragam (Duckworth & Quinn, 2009). Individu dengan derajat grit yang tinggi dapat berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan hidupnya sehingga mampu untuk meraih sukses. Grit memiliki dua aspek pendukung utama yaitu:
1.     Perseverance of efforts, yang diartikan sebagai upaya sungguh seseorang dalam berusaha untuk mencapai tujuan serta kemampuan bertahan dalam durasi waktu tertentu seorang individu dapat mempertahankan usahanya. Ketekunan dalam berusaha ditunjukkan melalui perilaku individu yang giat dalam bekerja keras, bertahan dalam menghadapi tantangan dan mampu berpegang teguh dengan pilihannya.
2.     Consistency of interest, adalah seberapa konsisten usaha seorang individu untuk menuju suatu tujuan. Berfokus pada minat dalam jangka waktu yang berlangsung lama. Hal ini berarti seorang individu memilih hal-hal yang penting di dalam hidupnya yaitu tujuan yang ingin dicapai serta tetap konsisten terhadap tujuan itu dalam jangka waktu yang panjang.

Interpersonal skill
Menurut Spitzberg & Cupach (dalam Muhamad) Lukman 2000:10) : “kemampuan seorang individu untuk melakukan komunikasi yang efektif”.  Kemampuan ini ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik dan memuaskan.


Job satisfication
Robbins and Judge (2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positive tentang pekerjaan  sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut. Senada dengan itu, Noe, et. all (2006) mendefinisikan kepuasan kerja  sebagai perasaan yang menyenangkan sebagai hasil dari persepsi  bahwa pekerjaannya  memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang penting. Selanjutnya Kinicki and Kreitner (2005) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai respon sikap atau emosi terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang.  Definisi ini memberi arti bahwa kepuasan kerja bukan suatu konsep tunggal. Lebih dari itu seseorang dapat secara relative dipuaskan  dengan satu aspek pekerjaannya dan dibuat tidak puas dengan satu atau  berbagai aspek. Dalam pandangan yang hampir sama, Nelson  and Quick (2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu kondisi emosional yang positif dan menyenangkan  sebagai hasil dari  penilaian pekerjan atau pengalaman pekerjaan seseorang.
























Paul G. Stoltz. (2000). Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Grasindo. 

http://global.liputan6.com/read/2965640/psikolog-iq-hanya-mitos-ini-yang-menentukan-kesuksesan-anda
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kecerdasan-emosional-eq/

https://4312m2n.wordpress.com/2009/05/19/iq-eq-dan-sq/

0 komentar:

Posting Komentar

 
tyas maudi hastuti Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template