Rabu, 19 Oktober 2016

Psium1 #7

Psikologi Indonesia dan Timur
Dosen : Seta A. Wicaksana, M.Psi.

Psikologi di Indonesia
1.         M. Nasroen (1907- 1968)
M. Nasroen adalah orang yang mempelopori filsafat di Indonesia. Ia juga sempat menjabat sebagai Guru Besar Filsafat di Universitas Indonesia. Ia berkata bahwa filsafat Indonesia tidak memihak barat maupun timur, filsafat Indonesia itu khas dibandingkan dengan filsafat barat maupun timur. Dalam buku yang berjudul ‘Falsafah Indonesia’ ia berkata bahwa dalam filsafat Indonesia terdapat pantun-pantun, mupakat, Pancasila, hukum adat, ketuhanan, gotong-royong, dan kekeluargaan. Selain itu, dalam bukunya yang berjudul ‘Dasar Falsafah Adat Minangkabau’ ia juga membahas tentang feminisme.

2.         Soenoto (1929)
Ia menerbitkan buku seperti ‘Selayang Pandang tentang Filsafat Indonesia’, ‘Pemikiran tentang Kefilsafatan Indonesia’, ‘Menuju Filsafat Indonesai: Negara-Negara di Jawa sebelum Proklamasi Kemerdekaan’. Karya-karyanya tersebut adalah penyempurnaan dari M. Nasroen tentang filsafat jawa tetapi diakui masih mempunyai beberapa kekurangan.

3.         R. Parmono (1952)
Sama seperti Soenoto yang menyempurnakan karya M. Nasroen, ia juga menyempurnakan dan mengembangkan filsafat tradisi yang sebelumnya hanya jawa dilebarkan menjadi filsafat Batak, Minang, dan Bugis.

4.         Jakobus Sumardjo (1939)
Ia memulai menulis tentang filsafat dimuat pada harian Kompas, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Suara pembaruan. Jakobus Sumardjo juga bekerja sebagai dosen di fakultas seni ITB. Definisi filsafat menurutnya dan pendahulunya adalah “... pola pikir dasar yang menstruktur seluruh bangunan karya budaya...” tentang seuatu kelompok etnik. Jika filsafat etnik jawa, artinya “... filsafat (yang) terbaca dalam cara masyarakat Jawa menyusun gamelannya, menyusun tari-tariannya, menyusun mitos-mitosnya, cara memilih pemimpin-pemimpinnya, dari bentuk rumah Jawanya, dari buku-buku sejarah dan  sastra yang ditulisnya....” (Mencari Sukma Indonesia: 116).

A.    Filsafat india
Sejarah Filsafat India menurut Dr. S Radhakrishnan dibatasi mulai dari 2000 SM sampai 1000 SM yang dapat dibagi menjadi 4 periode :
  • Zaman Veda ( 1500 SM sampai dengan 600 SM ).
Kedatangan bangsa Arya ke India membawa peradaban baru dimana sebelumnya telah  berkembang peradapan Drawida, penduduk asli India. Peradaban Arya  memiliki benih-benih pemikiran filsafat didalamnya dalam bentuk pujian-pujian dan nyanyian-nyanyian keagamaan dan dalam perkembanagan selanjutnya mulai ter dapat dalam Kitab Brahmana dan Kitab Upanisad.(S. Radhakrishnan, Vol.I: 1927: 57)
  • Zaman Epos ( 600 SM sampai dengan 200 M ).
Mulai ada sistim-sistim filsafat (darsana) dan juga Kitab Ramayana dan Mahabarata yang mengandung kepahlawanan dan hubungan antara Tuhan dengan manusia serta sistim-sistim agama Buddha, Jaina, Siwa dan Wisnu. (S. Radhakrishnan, Vol.I: 1927: 57).


  • Zaman Sutra ( mulai 200 M ).
Mulai berkembang pemikiran kritis rasional dalam filsafat India , dimana Sutra-sutra itu  mulai dikomentari oleh berbagai komentator-komentator dengan pandangan yang beragam. Muncul sistim-sistim filsafat seperti Samkya, Yoga, Mimamsa, Vedanta, Waisesika, dan Nyaya. (S. Radhakrishnan, Vol.I: 1927: 58)
  • Zaman Scholastik ( mulai 200 M ).
Munculnya pemikiran Scholastik bersamaan dengan Zaman Sutra-sutra dimana para filsuf membuat sendiri pemikirannya yang satu sama lainnya merupakan sistim-sistim yang mengandung teori yang berbelit-belit secara sendiri-sendiri diantaranya adalah Sankara, Ramanuja Madhwa satu semuanya saling mengoreksi dan mengkritik. Ajaran-ajaran lama diinterprestasikan dan dikembangkan secara baru. (S. Radhakrishnan, Vol.I: 1927: 59)


B.     Filsafat Tiongkok
Filsafat Tiongkok di latarbelakangi oleh aspek geografis, ekonomi, sikap terhadap alam, sistem kekerabatan dan lainnya. Dalam tradisi Tiongkok, jenis pekerjaan ditentukan oleh pendidikan atau menuntut ilmu dan mengolah tanah.

Jaman Klasik (600-200 S.M.)
Menurut tradisi, periode ini ditandai oleh seratus sekolah filsafat: seratus aliran yang semuanya mempunyai ajaran yang berbeda. Namun, kelihatan juga sejumlah konsep yang dipentingkan secara umum, misalnya “tao” (“jalan”), “te” (“keutamaan” atau “seni hidup”), “yen” (“perikemanusiaan”), “i” (“keadilan”), “t’ien” (“surga”) dan “yin- yang” (harmoni kedua prinsip induk, prinsip aktif-laki-laki dan prinsip pasif-perempuan). Sekolah-sekolah terpenting dalam jaman klasik adalah:
  1. Konfusianisme . Konfusius (bentuk Latin dari nama Kong-Fu-Tse, “guru dari suku Kung”) hidup antara 551 dan 497 S.M. Ia mengajar bahwa Tao (“jalan” sebagai prinsip utama dari kenyataan) adalah “jalan manusia”. Artinya: manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik. Keutamaan merupakan jalan yang dibutuhkan. Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan (“yen”), yang merupakan model untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan mereka berbeda.. Dalam bahasa Mandarin aliran ini disebut 儒家 Rujia. Rujia memang sering diartikan sebagai filsafat Khonghucu. Sebenarnya Rujia berarti filsafat cendikiawan, Ru sendiri berarti cendikiawan atau sarjana.
  2. Taoisme. Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (“guru tua”) yang hidup sekitar 550 S.M. Lao Tse melawan Konfusius. Menurut Lao Tse, bukan “jalan manusia” melainkan “jalan alam”-lah yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip kenyataan objektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak dan tak-ternamai. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisika, sedangkan ajaran Konfusius lebih-lebih etika. Puncak metafisika Taoisme adalah kesadaran bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao. Kesadaran ini juga dipentingkan di India (ajaran “neti”, “na-itu”: “tidak begitu”) dan dalam filsafat Barat (di mana kesadaran ini disebut “docta ignorantia”, “ketidaktahuan yang berilmu”).Taoisme di sini adalah 道家 Daojia (=filsafat Jalan/Tao). Mula-mula oleh Sima Tan aliran ini disebut 道德家 Daodejia (filsafat jalan dan kebajikan), belakangan disebut Daojia. Harap dibedakan pengertiannya dengan 道教 Daojiao (agama Tao). Umumnya keduanya sama2 ditulis dalam bahasa Inggris sebagai Taoism. Daojia juga harus dibedakan dengan 道學 Daoxue, yang merupakan aliran kebangkitan Rujia baru yang muncul ketika Dinasti Song. Oleh orang Barat Daoxue disebut Neo-Confucianism.
  3. Yin-Yang. “Yin” dan “Yang” adalah dua prinsip induk dari seluruh kenyataan. Yin itu bersifat pasif, prinsip ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan, simbol untuk kematian dan untuk yang dingin. Yang itu prinsip aktif, prinsip gerak, bumi, matahari, api, dan laki-laki, simbol untuk hidup dan untuk yang panas. Segala sesuatu dalam kenyataan kita merupakan sintesis harmonis dari derajat Yin tertentudan derajat Yang tertentu.
  4. Moisme . Aliran Moisme didirikan oleh Mo Tse, antara 500-400 S.M. Mo Tse mengajarkan bahwa yang terpenting adalah “cinta universal”, kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan. Filsafat Moisme sangat pragmatis, langsung terarah kepada yang berguna. Segala sesuatu yang tidak berguna dianggap jahat. Bahwa perang itu jahat serta menghambat kemakmuran umum tidak sukar untuk dimengerti. Tetapi Mo Tse juga melawan musik sebagai sesuatu yang tidak berguna, maka jelek.
  5. Ming Chia. Ming Chia atau “sekolah nama-nama”, menyibukkan diri dengan analisis istilah-istilah dan perkataan-perkataan. Ming Chia, yang juga disebut “sekolah dialektik”, dapat dibandingkan dengan aliran sofisme dalam filsafat Yunani. Ajaran mereka penting sebagai analisis dan kritik yang mempertajam perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat, dan yang memperkembangkan logika dan tatabahasa. Selain itu dalam Ming Chia juga terdapat khayalan tentang hal-hal seperti “eksistensi”, “relativitas”, “kausalitas”, “ruang” dan “waktu”.
  1. Fa Chia. Fa Chia atau “sekolah hukum”, cukup berbeda dari semua aliran klasik lain. Sekolah hukum tidak berpikir tentang manusia, surga atau dunia, melainkan tentang soal-soal praktis dan politik. Fa Chia mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus mulai dari contoh baik yang diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu sistem undang-undang yang keras sekali



http://artiagatha03.blogspot.co.id/2015/03/tokoh-filsafat-di-indonesia.html
http://hindualukta.blogspot.co.id/2015/04/sejarah-filsafat-india-makalah.html
https://iccsg.wordpress.com/2006/09/04/rangkuman-filsafat-cina/

0 komentar:

Posting Komentar

 
tyas maudi hastuti Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template