Rabu, 29 November 2017

analisis film door to door menurut psikologi bisnis

Diambil dari kisah sebenarnya yg dialami oleh bill porter, sejak lahir ia  mengalami suatu gangguan yang dinamakan cerebral palsy, dimana gerakan, keseimbangan, dan postur tubuhnya mengalami gangguan.october 1955
Dia dinasehati ibunya agar bersabar dan tekun menghadapi orang lain agar terbiasa dengannya.
Saat pertama kali ia mendapatkan pekerjaannya sebagai sales perusahaan watkins, ia dihina cacat oleh bosnya. Tapi ia tidak membalasnya, bahkan dia berjanji jika dagangan tersebut terjual maka dia menyebut bosnya sebagai pahlawan.

bill porter pun menjajakan produknya, ia menjual produknya dari rumah kerumah. Tak jarang bill porter saat mengenalkan produknya dihina seperti badan amal, bahkan diberi sumbangan. Tetapi bill porter tidak mengambil uang yg diberi tetapi langsung pamit izin pulang.

Akhirnya setelah banyaknya penolakan, produk yg bill bawa pun akhirnya terjual hampir $50. Ibunya meyakinkan bahwa bill dapat melakukannya. Hari ini dia mendapatkan $ 4.25, dia berjanji pada ibunya akan mengajak keluar kota jika setiap hari pendapatannya terus meningkat.

Ia sangat gigih, bahkan saat hujan pun ia tetap menaruh brosur dipintu konsumennya. Dan ia juga tidak mau merepotkan orang lain bahkan hanya sekedar menumpang dimobil yg membantu.

Pada tahun 1970 ia divonis oleh dokter terkena spinal stenosis karena terlalu lama berjalan jauh dan membawa barang sehingga syaraf dipunggungnya harus menggunakan penjepit selama 2 minggu.
Ia berkenalan dengan shelly soentpiet yang akhirnya membantu bill memasarkan produknya. Tapi ditahun tersebut juga ia ditinggal ibunya meninggal, ia sangat terpuruk.

Ditahun 1980 tekhnologi semakin canggih, tetapi bill masih menjajakan produknya dari rumah ke rumah. Pada hari wisuda shelly dia sangat kecewa karena shelly ternyata sudah memiliki kekasih, dia menyalahkan pekerjaan shelly padahal shelly memiliki waktu luang

Dia dinobatkan sebagai "salesman of the year" karena berkat kegigihannya dalam melakukan pekerjaaannya
Bill tidak bekerja lagi dan pensiun, ia sempat bertengkar dengan Shelly karena Bill tidak ingin di kasihani, ia ingin tetap mandiri. Sekarang Bill tinggal sendiri dan pada suatu malam, ia bertemu dengan Joey seorang wartawan yang dulu sempat takut melihat Bill. Joey mempopulerkan nama Bill Porter lewat tulisannya dalam surat kabar.

Analisis film tersebut adalah
1.  EQ ( Emotional Quotient )
Steiner (1997) menjelaskan  pengertian kecerdasan emosional adalah suatu  kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.
Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies, Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan.
EQ bill sangat rendah, ia tidak sopan kepadapihak yang ingin membantunya. Padahal bill sangat membutuhkan bantuan tersebut.
2. Grit
Grit merupakan karakter kepribadian yang ditunjukan melalui perilaku untuk mempertahankan ketekunan dan semangat dalam mencapai tujuan jangka panjang yang diharapkan (Duckworth, 2007). Setiap individu memiliki derajat grit yang berbeda beda, hal ini disebabkan grit merupakan bagian dari sifat kepribadian individu yang menentukan bagaimana individu berinteraksi dalam lingkungan yang beragam (Duckworth & Quinn, 2009).
Bill sangat tekun dan gigih terhadap pekerjaannya sebagai salesman, banyak yg mencela bahkan merendahkan dirinya karena dirinya tidak seperti orang normal produktif lainnya.
3. Interpersonal skill
Menurut Spitzberg & Cupach (dalam Muhamad) Lukman 2000:10) : “kemampuan seorang individu untuk melakukan komunikasi yang efektif”. 
Bill kurang memiliki interpersonal skill yang bagus, ia terlalu “to the point” terhadap konsumen.
4. Job satisfication
Robbins and Judge (2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positive tentang pekerjaan  sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut.

Bill selalu merasa positif sehingga ia mendapatkan reward sebagai “ salesman of the year” pada tahun 1980





Paul G. Stoltz. (2000). Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Grasindo. 

http://global.liputan6.com/read/2965640/psikolog-iq-hanya-mitos-ini-yang-menentukan-kesuksesan-anda
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kecerdasan-emosional-eq/

0 komentar:

Posting Komentar

 
tyas maudi hastuti Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template