Diambil dari kisah sebenarnya yg dialami oleh bill porter,
sejak lahir ia mengalami suatu gangguan
yang dinamakan cerebral palsy, dimana
gerakan, keseimbangan, dan postur tubuhnya mengalami gangguan.october 1955
Dia dinasehati ibunya agar bersabar dan tekun
menghadapi orang lain agar terbiasa dengannya.
Saat pertama kali ia mendapatkan pekerjaannya
sebagai sales perusahaan watkins, ia dihina cacat oleh bosnya. Tapi ia tidak
membalasnya, bahkan dia berjanji jika dagangan tersebut terjual maka dia
menyebut bosnya sebagai pahlawan.
bill porter pun menjajakan produknya, ia menjual
produknya dari rumah kerumah. Tak jarang bill porter saat mengenalkan produknya
dihina seperti badan amal, bahkan diberi sumbangan. Tetapi bill porter tidak
mengambil uang yg diberi tetapi langsung pamit izin pulang.
Akhirnya setelah banyaknya penolakan, produk yg
bill bawa pun akhirnya terjual hampir $50. Ibunya meyakinkan bahwa bill dapat
melakukannya. Hari ini dia mendapatkan $ 4.25, dia berjanji pada ibunya akan
mengajak keluar kota jika setiap hari pendapatannya terus meningkat.
Ia sangat gigih, bahkan saat hujan pun ia tetap
menaruh brosur dipintu konsumennya. Dan ia juga tidak mau merepotkan orang lain
bahkan hanya sekedar menumpang dimobil yg membantu.
Pada tahun 1970 ia divonis oleh dokter terkena
spinal stenosis karena terlalu lama berjalan jauh dan membawa barang sehingga
syaraf dipunggungnya harus menggunakan penjepit selama 2 minggu.
Ia berkenalan dengan shelly soentpiet yang
akhirnya membantu bill memasarkan produknya. Tapi ditahun tersebut juga ia
ditinggal ibunya meninggal, ia sangat terpuruk.
Ditahun 1980 tekhnologi semakin canggih, tetapi
bill masih menjajakan produknya dari rumah ke rumah. Pada hari wisuda shelly
dia sangat kecewa karena shelly ternyata sudah memiliki kekasih, dia
menyalahkan pekerjaan shelly padahal shelly memiliki waktu luang
Dia dinobatkan sebagai "salesman of the
year" karena berkat kegigihannya dalam melakukan pekerjaaannya
Bill tidak bekerja lagi
dan pensiun, ia sempat bertengkar dengan Shelly karena Bill tidak ingin di
kasihani, ia ingin tetap mandiri. Sekarang Bill tinggal sendiri dan pada suatu
malam, ia bertemu dengan Joey seorang wartawan yang dulu sempat takut melihat
Bill. Joey mempopulerkan nama Bill Porter lewat tulisannya dalam surat kabar.
Analisis film tersebut
adalah
1. EQ ( Emotional Quotient )
Steiner (1997)
menjelaskan pengertian kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan
yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui
bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis
sebagai kekuatan pribadi.
Mayer dan Solovey
(Goleman, 1999; Davies, Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan
emosi sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan
orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan
tindakan.
EQ bill sangat rendah,
ia tidak sopan kepadapihak yang ingin membantunya. Padahal bill sangat
membutuhkan bantuan tersebut.
2. Grit
Grit merupakan karakter
kepribadian yang ditunjukan melalui perilaku untuk mempertahankan ketekunan dan
semangat dalam mencapai tujuan jangka panjang yang diharapkan (Duckworth,
2007). Setiap individu memiliki derajat grit yang berbeda beda, hal ini
disebabkan grit merupakan bagian dari sifat kepribadian individu yang
menentukan bagaimana individu berinteraksi dalam lingkungan yang beragam
(Duckworth & Quinn, 2009).
Bill sangat tekun dan
gigih terhadap pekerjaannya sebagai salesman, banyak yg mencela bahkan
merendahkan dirinya karena dirinya tidak seperti orang normal produktif
lainnya.
3. Interpersonal
skill
Menurut Spitzberg &
Cupach (dalam Muhamad) Lukman 2000:10) : “kemampuan seorang individu untuk
melakukan komunikasi yang efektif”.
Bill kurang memiliki
interpersonal skill yang bagus, ia terlalu “to the point” terhadap konsumen.
4. Job satisfication
Robbins and Judge
(2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positive tentang
pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut.
Bill selalu merasa
positif sehingga ia mendapatkan reward sebagai
“ salesman of the year” pada tahun
1980
Paul G. Stoltz. (2000). Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Grasindo.
http://global.liputan6.com/read/2965640/psikolog-iq-hanya-mitos-ini-yang-menentukan-kesuksesan-anda
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kecerdasan-emosional-eq/
Diambil dari kisah sebenarnya yg dialami oleh bill porter,
sejak lahir ia mengalami suatu gangguan
yang dinamakan cerebral palsy, dimana
gerakan, keseimbangan, dan postur tubuhnya mengalami gangguan.october 1955
Dia dinasehati ibunya agar bersabar dan tekun
menghadapi orang lain agar terbiasa dengannya.
Saat pertama kali ia mendapatkan pekerjaannya
sebagai sales perusahaan watkins, ia dihina cacat oleh bosnya. Tapi ia tidak
membalasnya, bahkan dia berjanji jika dagangan tersebut terjual maka dia
menyebut bosnya sebagai pahlawan.
bill porter pun menjajakan produknya, ia menjual
produknya dari rumah kerumah. Tak jarang bill porter saat mengenalkan produknya
dihina seperti badan amal, bahkan diberi sumbangan. Tetapi bill porter tidak
mengambil uang yg diberi tetapi langsung pamit izin pulang.
Akhirnya setelah banyaknya penolakan, produk yg
bill bawa pun akhirnya terjual hampir $50. Ibunya meyakinkan bahwa bill dapat
melakukannya. Hari ini dia mendapatkan $ 4.25, dia berjanji pada ibunya akan
mengajak keluar kota jika setiap hari pendapatannya terus meningkat.
Ia sangat gigih, bahkan saat hujan pun ia tetap
menaruh brosur dipintu konsumennya. Dan ia juga tidak mau merepotkan orang lain
bahkan hanya sekedar menumpang dimobil yg membantu.
Pada tahun 1970 ia divonis oleh dokter terkena
spinal stenosis karena terlalu lama berjalan jauh dan membawa barang sehingga
syaraf dipunggungnya harus menggunakan penjepit selama 2 minggu.
Ia berkenalan dengan shelly soentpiet yang
akhirnya membantu bill memasarkan produknya. Tapi ditahun tersebut juga ia
ditinggal ibunya meninggal, ia sangat terpuruk.
Ditahun 1980 tekhnologi semakin canggih, tetapi
bill masih menjajakan produknya dari rumah ke rumah. Pada hari wisuda shelly
dia sangat kecewa karena shelly ternyata sudah memiliki kekasih, dia
menyalahkan pekerjaan shelly padahal shelly memiliki waktu luang
Dia dinobatkan sebagai "salesman of the
year" karena berkat kegigihannya dalam melakukan pekerjaaannya
Bill tidak bekerja lagi
dan pensiun, ia sempat bertengkar dengan Shelly karena Bill tidak ingin di
kasihani, ia ingin tetap mandiri. Sekarang Bill tinggal sendiri dan pada suatu
malam, ia bertemu dengan Joey seorang wartawan yang dulu sempat takut melihat
Bill. Joey mempopulerkan nama Bill Porter lewat tulisannya dalam surat kabar.
Analisis film tersebut
adalah
1. EQ ( Emotional Quotient )
Steiner (1997)
menjelaskan pengertian kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan
yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui
bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis
sebagai kekuatan pribadi.
Mayer dan Solovey
(Goleman, 1999; Davies, Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan
emosi sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan
orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan
tindakan.
EQ bill sangat rendah,
ia tidak sopan kepadapihak yang ingin membantunya. Padahal bill sangat
membutuhkan bantuan tersebut.
2. Grit
Grit merupakan karakter
kepribadian yang ditunjukan melalui perilaku untuk mempertahankan ketekunan dan
semangat dalam mencapai tujuan jangka panjang yang diharapkan (Duckworth,
2007). Setiap individu memiliki derajat grit yang berbeda beda, hal ini
disebabkan grit merupakan bagian dari sifat kepribadian individu yang
menentukan bagaimana individu berinteraksi dalam lingkungan yang beragam
(Duckworth & Quinn, 2009).
Bill sangat tekun dan
gigih terhadap pekerjaannya sebagai salesman, banyak yg mencela bahkan
merendahkan dirinya karena dirinya tidak seperti orang normal produktif
lainnya.
3. Interpersonal
skill
Menurut Spitzberg &
Cupach (dalam Muhamad) Lukman 2000:10) : “kemampuan seorang individu untuk
melakukan komunikasi yang efektif”.
Bill kurang memiliki
interpersonal skill yang bagus, ia terlalu “to the point” terhadap konsumen.
4. Job satisfication
Robbins and Judge
(2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positive tentang
pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut.
Bill selalu merasa
positif sehingga ia mendapatkan reward sebagai
“ salesman of the year” pada tahun
1980
Paul G. Stoltz. (2000). Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Grasindo.
http://global.liputan6.com/read/2965640/psikolog-iq-hanya-mitos-ini-yang-menentukan-kesuksesan-anda
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kecerdasan-emosional-eq/